Gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat membuat tubuh lebih rentan
dan berisiko mengidap kolesterol tinggi. Tak heran, banyak masyarakat
kita yang memiliki kadar kolesterol lebih tinggi dari ambang batas
normal.
Meski kolesterol tinggi berisiko bagi tubuh karena bisa
mengundang penyakit berbahaya, sejatinya kolesterol juga dibutuhkan.
Sebab, sel tubuh kita memerlukan kolesterol untuk pembentukan membran
sel tubuh, selubung saraf, produksi hormon tertentu. Kolesterol juga
membantu proses pencernaan.
Menurut Kepala Bagian Medical Check Up
Rumah Sakit St Carolus Dokter Chandra Megah, kolesterol merupakan lemak
yang tidak larut dalam air dan ada dalam darah. Kolesterol memiliki
peran penting dalam proses pembentukan organ.
Sebanyak 80%
kolesterol dalam tubuh diproduksi oleh hati. Sisanya bersumber dari
konsumsi produk hewani. Kolesterol terdistribusi ke seluruh tubuh
melalui aliran darah. Yang harus diingat, berdasarkan tingkat densitasnya, kolesterol terbagi menjadi kolesterol low density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat. LDL dianggap jahat karena bisa masuk dalam endotel pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan. Penyumbatan
ini berpotensi menyebabkan stroke dan serangan jantung. Kalau
terdapat emboli pada pembuluh darah otak bisa terjadi stroke. Kalau di
jantung bisa terjadi serangan jantung, kalau di ginjal jadi rusak
ginjal.
Selain kolesterol jahat, ada juga kolesterol baik yang biasa disebut high density lipoprotein
(HDL). Kolesterol jenis HDL ini memiliki fungsi proteksi pada pembuluh
darah, serta dapat melarutkan kolesterol jahat dalam tubuh. Kelebihan
kolesterol terjadi akibat mengonsumsi makanan dengan kandungan
kolesterol tinggi atau kurang berolahraga, bisa juga akibat faktor
keturunan. Walaupun rajin berolahraga pun tidak menjadi jaminan bebas dari kolesterol, jika pola makan masih tinggi lemak dan kalori
Faktor keturunan atau kondisi genetik biasa disebut familial hypercholesterolaemia
(FH) dimana kadar kolesterol tetap tinggi meski mengonsumsi makanan
sehat. Yang perlu diwaspadai, risiko kelebihan kolesterol meningkat jika
seseorang menderita hipertensi, diabetes, atau memiliki keluarga yang
menderita penyakit jantung dan stroke.
Deteksi dini
Seringkali,
orang yang memiliki kolesterol jahat tinggi tidak memiliki tanda-tanda
fisik tertentu. Tubuh akan bereaksi ketika organ terkena efek dari
penyumbatan kolesterol secara lama. Oleh karena itu, penting bagi kita
melakukan deteksi dini.
Tapi, mereka yang memiliki riwayat
keluarga dengan kadar kolesterol tinggi memiliki ciri khusus. Biasanya,
terdapat tanda kuning yang terdapat benjolan kecil pada ujung kelopak
mata atau disebut Xanthelasma. Jadi belum tentu orang gemuk
memiliki kolesterol tinggi dan orang kurus memiliki kolesterol rendah.
Semua kambali kepada gaya hidup masing-masing.
Jika tidak mengubah pola makan dan tidak berhenti merokok,
penderita kolesterol tinggi akan lebih berisiko terkena stroke atau
penyakit jantung. Pasalnya, dalam sebatang rokok terdapat zat akrolein.
Zat ini dapat menghentikan aktivitas kolesterol baik atau HDL untuk
mengangkut timbunan lemak menuju hati. Akibatnya, terjadi penyempitan
arteri atau aterosklerosis.
Meski tidak ada tanda khusus, tetap
ada beberapa gejala yang bisa dideteksi dini. Misal, rasa berat di
tengkuk dan pegal di pundak. Hal ini karena suplai darah dan oksigen
terhambat akibat penumpukan plak pada pembuluh darah. Gejala
lain, sering sakit kepala karena peningkatan kolesterol memicu
pengerasan pembuluh darah sehingga aliran darah ke otak terhambat.
Penderita kolesterol tinggi juga cepat mengantuk lantaran aliran darah
yang membawa oksigen ke otak terhambat. Jika sering merasakan 3L
yakni lemah, letih dan lesu, segera mengecek kadar kolesterol tubuh. Setelah memeriksa kesehatan, putuskan juga untuk diet sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar